My Fish

Minggu, 02 Oktober 2011

KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses
penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh
pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi
atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis
tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan
yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama dengan
yang di kehendaki oleh pembicara/penulis. Kalimat efektif itu
memeiliki ciri (1) koherensi (keutuhan), (2) kesejajaran, (3)
pemfokusan, (4) penghematan, (5) Variasi.
Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
1 Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya
keterkaitan makna antardata dalam kalimat tersebut. Perhatikan
contoh dibawah ini.
(1a) Kami pun akhirnya saling memaafkan.
(1b) Saya pun akhirnya saling memaafkan.
(2a) Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat
itu.
(2b) Dia erbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a) di atas merupakan contoh kalimat yang
memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan kalimat (1b) dan (2b)
tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya pada
(1b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkan tidaklah
tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak.
Sementara itu, pada kalimat (2b) terlihat pada penggunaan kata
ganti dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan
kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan
struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan
kejelasan informasi yang diungkapkan.
2.1 Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam
kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan
pemahaman pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat
berikut.
(3a) Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum
disetujui direktur.
(3b) Lokasi perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum
menyetujuinya.
Kalimat (3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya
merupakan kalusa bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b)
ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk
kalusa pasif (dipilih) dan bentuk kalusa aktif (menyetujui). Agar
terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif.
Jika bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif
pula (3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk
kalusa berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di
perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi
direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang
mengandung perincian. Perhatikan comtoh berikut/
(4) Langkah-langkah dalam wawancara ialah
(a) pertemuan dengan orang yang akan
diwawancarai,
(b) utarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata
pada awal rincian. Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk
kata pertemuan (nomina); dalam perincian kedua digunakan
bentuk kata utarakan (verba); dalam perincian keiga digunakan
bentuk kata mengatur (verba). Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki
menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah dalam wawancara ialah
(a) mengatur pertemuan dengan orang yang akan
diwawancarai,
(b) mengutarakan maksud wawancara, dan
(c) mengatur waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna kalimat akan terlihat melalui
penataan gagasan yang cermat. Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai
kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering terealisasi menjadi pernyataan negative
(tidak memperhatikan ) digabungkan dengan pernyataan positif
(mempunyai kepentingan). Akibatnya, makna kalimat (5) tidak
jelas. Seharusnya, pernyataan negative di gabungkan dengan
pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian,
kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan mempunyai
kepentingan terhadap masalah itu.
(5b) Saya memperhatikan dan mempunyai
kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian
terhadap bagian kalimat tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal
kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari
bumi pertiwi ini.
(7) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian
Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat
merupakan bagian yang difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang
ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya, yaitu Piala
Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat
memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu
secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol
lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari
bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat
memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat ditempuh pula melalui pengulangan
bagian yang difokuskan atau ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi
belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk
orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai
pada kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan
mubazir karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan.
Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat saja hanya muncul sekali,
tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan (10) dengan
kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat menjadi
prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah
modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara
hemat. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain,
dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama, (b)
Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata
secara hemat.
4.1 Penghilangan Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam
kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.
Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara
subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga,
dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak
kalimat sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat
dibawah ini.
(11) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di
kursi paling depan, lalu dia asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi
paling depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri
atas tiga kalimat dasar dengan subjek yang sama, yaitu dia.
Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat.
Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga
terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat
pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, saya
mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak bertempat tinggal di Bogor, saya
mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama
dengan subjek induk kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu
subjek tersebut dapat dihilangkan sehingga menjadi kalimat (12a).
Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek di dalam
kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk
kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c).
Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini
harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya
bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan
pemakaian bentuk ganda yang dapat digolongkan sebagai bentuk
ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di atas mempunyai arti
dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh
karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-
sama, terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan
perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud
kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian
social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian
social masyarakat yang mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar
supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
agar tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat
baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat
baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik
sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat
penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela
berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela
berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela
berkorban apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18).
Dari segi makna dan kerapihan struktur kalimat, contoh (13)- - (18)
itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun, dari
segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu
mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan
untuk digunakan adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - - (18b).
4.3 Penghematan Penggunaan Kata
Di dalam bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal
secara tata bahasa. Kata karyawan,peserta, atau anak, misalnya,
dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu
sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk
menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan
pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan makna
jamak, seperti para, beberapa, sejumlah, banyak, atau segala.
Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan
secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera
ditertibkan.
(19a) Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b) Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di
kantor.
(20a) Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di
kantor.
(20b) Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang
berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena
variasi itu akan memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan
dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting seperti
yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai
variasi urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya
itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai komunikasi dapat
berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat melepas, dan
kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat Berimbang
Yang dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang
mengandung beberapa informasi yang kadarnya sama atau
seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai
berikut.
(21) Fajar telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri
mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22) masing-masing mengandung dua informasi.
Informasi pertama pada kalimat (21) adalah ‘fajar telah
menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung pun
mulai berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang
sama. Agar kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat
majemuk setara, bukan majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat
(22), kalimat itu juga mengandung dua informasi yang sama-
sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang laki-laki
bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri mereka
bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat
majemuk setara. Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa
kalimat majemuk setara penjumlahan, sedangkan kalimat (22)
merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat
berimbang mengandung informasi yang setara, sedangkan
kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di
dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi
tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal
kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya
sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja.
Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang
digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat
majemuk bertingkat. Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami,
kalimat berimbang (21) dan (22) di atas, diubah menjadi kalimat
melepas seperti berikut.
(23) Fajar telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka
sedang bekerja di rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat
(23) dan (24), informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai
derajat yang berbeda. Perbedaan derajat informasi itu dipisahkan
oleh kata penghubung saat dan tatkala. Informasi pada bagian
awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah informasi
utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi
berikutnya, yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi
tambahan yang derajatnya lebih rendah. Bagian kalimat yang
memuat informasi utama itu adalah anak kalimat. Dengan
demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat Berklimaks
Kalimat berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada
kalimat melepas informasi utamanya terletak pada awal kalimat,
sedangkan pada kalimat berklimaks informasi utamanya terletak
pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan (24)
di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar
menyingsing.
(24a) Ketika para istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-
laki bekerja di sawah.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan
acara ini. (salah)
(25b) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara
ini. (benar)
(26a) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering
mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan
itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda
dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu
menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu
rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar
lima ribu rupiah. (benar)

0 komentar:

Posting Komentar